Di tengah geliat era digitalisasi, kamera kuno (analog) mencoba kembali eksis. Salah satunya dengan digelarnya pameran beberapa produk kamera jaman dulu dari kolektor. Untuk memperkenalkan berbagai bentuk dan fungsi kamera kuno, yang masih terus digemari hingga kini, House of Sampoerna (HoS) mengajak tiga kolektor Surabaya untuk memamerkan koleksi-koleksinya dalam Pameran Kamera Kuno mulai 31 Oktober hingga 18 November 2012 di Museum HoS Surabaya.
Sebanyak 21 buah kamera kuno dengan beragam bentuknya yang unik dan fungsi spesifik ditampilkan dalam pameran ini. Kamera-kamera analog tersebut diproduksi sekitar tahun 1888 – 1960-an. Misalnya, kamera Sida keluaran tahun 1936 yang dipergunakan untuk mengintai atau memata-matai musuh karena bentuknya yang sangat kecil, Kodak Retinette produksi Eastman Kodak di tahun 1939, atau Lhagee Dresden Exacta merupakan salah satu kamera SLR pertama di dunia yang diproduksi tahun 1930. Ada juga koleksi tahun 1888 yaitu Goerz Berlin produksi CP Goerz yang juga dikenal dengan sebutan kamera penyangga lipat.
Meski berusia lebih dari separuh abad, sebagian kamera kuno tersebut masih berfungsi dengan baik, seperti yang dituturkan oleh salah seorang kolektor, Nanang Purwono: ”Salah satu koleksi saya, kamera Voigtlander Bessa II produksi tahun 1937, masih saya gunakan untuk mengambil beberapa koleksi foto yang terangkum dalam buku Mana Soerabaia Koe yang terbit tahun 2006 lalu,” ujar Nanang.
Selain berbagai koleksi kamera, pameran ini juga menghadirkan beberapa negatif foto format 6×6 mm dan 6×9 mm serta poster-poster iklan kamera kuno. Para kolektor yang berpartisipasi pada pameran kamera kuno ini berasal dari latar belakang yang berbeda. Adalah Henky Kurniadi, seorang pengusaha sekaligus budayawan yang memiliki kegemaran mengoleksi berbagai jenis benda kuno. Kecintaan Hengky terhadap dunia fotografi lantas membuatnya tertarik untuk mengoleksi beraneka jenis kamera kuno baik dari Indonesia maupun luar negeri.
Ada juga Hari Yong Condro, fotografer senior Surabaya yang menekuni dunia fotografi sudah lebih dari 20 tahun. Sudah tidak terhitung berapa karya foto yang dihasilkan dan juga puluhan pameran yang telah dilakoni oleh Hari Yong. Mengoleksi berbagai kamera kuno dianggap Hari sebagai bagian dari kecintaan dan totalitasnya pada dunia fotografi. Lain lagi dengan Nanang Purwono, yang sehari-hari lebih sering berkantor di salah satu media televisi Jawa Timur. Ketertarikannya untuk menerbitkan buku mengenai Surabaya, membawanya pada harapan untuk mendapatkan foto-foto model kuno dengan menggunakan kamera kuno. Buku Mana Soerabaia Koe karya Nanang menjadi bukti dokumentasi sudut-sudut kota Surabaya dengan kamera-kamera kuno yang dimilikinya.
Pameran Kamera Kuno yang digagas oleh House of Sampoerna bersama ketiga kolektor Surabaya ini diharapkan dapat memuaskan rasa ingin tahu para pencinta fotografi Surabaya khususnya dan Indonesia umumnya. Serta dapat menjadi pendorong bagi tumbuhnya fotografer-fotografer muda lainnya untuk merekam berbagai imaji peristiwa melalui kamera masa kini maupun kamera tempo dulu, agar terdokumentasinya momen-momen perkembangan kehidupan manusia sebagai bagian dari sebuah sejarah bangsa. (dok.HoS)