Close Menu
eastjavatraveler.comeastjavatraveler.com
    Facebook X (Twitter) Instagram
    Facebook X (Twitter) Instagram YouTube
    eastjavatraveler.comeastjavatraveler.com
    Indonesia Keren!
    • Beranda
    • Travel
    • Cinderamata
    • Kuliner
    • Hotel dan Resto
    • Seni Budaya
    • Gaya Hidup
    • Profil
    • News
    eastjavatraveler.comeastjavatraveler.com
    Home»Traveling»Getar Semangat di Gereja Mojowarno
    Traveling

    Getar Semangat di Gereja Mojowarno

    Abdul RahmanBy Abdul Rahman21 December 2011Updated:1 October 2012
    Facebook Twitter LinkedIn Email WhatsApp

    Lekuk gaya bangunannya dari awal berdiri hingga kini tidak banyak yang berubah. Begitu pula dengan keyakinan yang dilakukan jemaat di gereja ini.

    Mengikuti langkah kaki di pelataran Gereja Kristen Jawi Wetan (GKJW), Jalan Pahlawan No.24 Mojowarno, Kabupaten Jombang kita seolah kembali ke relung nuansa masa lalu. Lantaran, beberapa lekuk gaya bangunan dari awal berdiri hingga kini tidak banyak yang berubah. Mimbar kayu berukir, deretan bangku jemaat, jendela masih tetap asli bergaya kolonial dengan pilar menjulang dan lancip, serta lonceng dan orgel.

    Kemudian sampai di bangunan depan gereja yang biasa disebut dengan Gereja Mojowarno ini, pandangan mata akan tergoda pada tiga larik tulisan beraksara Jawa yang menghiasi gevel gereja. Baris pertama dan kedua yang berbunyi, “Duh Gusti, ingkang kawula purugi sinten malih? Paduka kagungan pangandikanipun gesang langgeng”. Sementara baris ketiga yang berbunyi, “Margane slamet rahe pamenthangan”. Larik tulisan itu seolah menyimbolkan wujud kepasrahan jemaat Jawi Wetan pada Sang Kuasa.

    Selain itu, nuansa masa silam ini juga dapat kita rasakan kala menjumpai beberapa jemaat dari usia tua, baik laki maupun wanita yang mengenakan busana khas Jawa. Misal untuk laki-laki mengenakan baju batik dengan kopyah. Sementara jemaat wanita mengenakan busana kebaya Jawa, bahkan saat acara kebaktian gereja beberapa dari mereka masih ada yang membaca alkitab berhuruf Jawa.

    Puncak lonjakan jumlah jemaat di gereja ini biasanya ada dua momen, pertama terjadi pada saat acara kebaktian dan yang kedua adalah pada saat diselenggarakannya tradisi jemaat Kristen Jawi Wetan, yakni perayaan Hari Raya Undhuh-undhuh. Merupakan sebuah ritual persembahan sebagai wujud ungkapan rasa syukur atas kelimpahan berkah. Pada tradisi ini prosesi diawali dengan membuat dua Pencar yang dibentuk boneka sebagai lambang Dewi Sri dan Sedana yang melambangkan kesuburan atau rejeki, untuk kemudian dilanjutkan prosesi persembahan.

    Dari segi bangunannya, gereja seluas 2537 meter persegi ini terdapat bangunan utama gereja berbentuk geometris dan simetri penuh. Ruangan peribadatan memiliki dua buah pintu masuk dengan model kupu tarung yang terletak di bagian depan di sisi kanan dan kiri bangunan. Lalu terdapat pula tangga untuk digunakan naik ke lantai dua. Pada kedua tangga inilah tampak luarnya dibuat tower (menara), yang biasa kita lihat pada bangunan gereja bergaya neogothik. Hal ini dapat dilihat dari adanya jendela-jendela berbentuk busur lancip.

    Meskipun berada di kawasan dengan penduduk yang mayoritas Islam, keberadaan Gereja Mojowarno dapat dikategorikan sebagai bangunan gereja Kristen Protestan tertua yang ada di kabupaten ini. Bahkan termasuk salah satu gereja tertua di Indonesia. Hal ini dapat dilihat dari sejarah berdirinya gereja yang dikerjakan mulai tahun 1879 dan diresmikan pada 3 Maret 1881.

    Penjelasan Wakil Ketua Majelis GKJW Mojowarno Djoko Purwanto, sejarah singkat mengenai berdirinya Gereja Mojowarno tidak dapat dipisahkan dari seorang warga Belanda bernama Conrad Laurens Collen, dia waktu itu mengajak petani setempat di Desa Ngoro, Mojowarno untuk mendirikan sebuah gereja yang kemudian diberi nama Gereja Mojowarno. “Karena itu pula gaya bangunan gereja ini kental dengan perpaduan gaya kolonial dan Jawa, dan hingga sekarang ya seperti ini andaikan ada perbaikan hanya di beberapa bagian saja, ” tukasnya. naskah:m.ridloi – foto:frannoto

    Share. Facebook Twitter LinkedIn Email WhatsApp

    Info Lainnya

    Liburan Imlek 2025, Pemkot Surabaya Siapkan Beragam Kegiatan Menarik di Kebun Raya Mangrove

    26 January 2025

    Stasiun Banyuwangi Kota Tampil dengan Sentuhan Arsitektur Osing

    7 January 2025

    Mahasiswa UNAIR Juara Pertama di Kompetisi BIP BCA, Angkat Potensi Kampung Lontong Surabaya

    22 November 2024
    Leave A Reply

    This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.

    INFO TERBARU

    Surabaya Tampilkan Pesona Laser Air Mancur di Malam Keakraban Munas VII APEKSI

    9 May 2025

    Inovasi Kedai Kopi Digital UB Angkat Daya Saing Desa Wisata Kopi Banyuwangi

    3 May 2025

    Hari Kartini, Aston Madiun dan KKI Gelar Nguri-Uri Budhoyo Usung Pesona Pengantin Adat Yogyakarta

    29 April 2025

    ARTOTEL TS Suites Surabaya Jadi Pilihan Favorit Staycation Saat Lebaran 2025

    7 April 2025

    72.500 Wisatawan Kunjungi KBS Saat Libur Lebaran, Target 100 Ribu Pengunjung

    6 April 2025

    Mojotirto Festival 2025, Momentum Refleksi dan Pelestarian Air di Mojokerto

    23 March 2025

    ARTOTEL TS Suites Surabaya Gelar Earth Hour 2025, Matikan Lampu Satu Jam untuk Bumi

    22 March 2025

    Sambut Ramadan, Pemkot Surabaya Hiasi Kota dengan Ornamen Bernuansa Timur Tengah

    3 March 2025
    Facebook X (Twitter) Instagram Pinterest
    • Tentang Kami
    • Iklan
    • Komunitas
    • Video
    • Surabaya
    • Indonesia
    • Kontak
    • Arsip
    © 2025 eastjavatraveler.com | stunning east java

    Type above and press Enter to search. Press Esc to cancel.