Hilir-mudik orang silih berganti menapaki jalan berpasir, tak sedikit juga yang naik hingga ke bibir kawah, Mereka adalah masyarakat Tengger yang berbondong – bondong membawa hasil bumi mereka mengarungi lautan pasir Gunung Bromo, untuk dilabuhkan ke kawah Bromo. Hal itu menandai Ritual upacara Yadnya Kasada umat Hindu Tengger dimulai.
Yadnya Kasada merupakan upacara rutin yang digelar tiap tahun oleh seluruh umat Hindu Tengger yang ada di kawasan lereng Gunung Bromo. Tujuannya adalah meminta keselamatan dan mengembalikan hasil bumi sebagai wujud syukur kepada Sang Hyang Widi Wasa. Pada tahun ini, Yadnya Kasada digelar pada 14 – 15 Agustus 2011.
Prosesi Yadnya Kasada cukup panjang, seminggu sebelum acara Nglabuh suci ke bibir kawah, masyarakat Tengger gotong royong membersihkan Pura Luhur PotenĀ yang ada di lautan pasir Bromo, dan memasang kelengkapan untuk upacara persembahyangan. Setelah itu 2 malam sebelum Nglabuh, dilaksanakanĀ ritual mendhak tirta atau mengambil air dari Widodaren. Prosesi ini langsung dilanjutkan dengan sepeninga atau sembahyang bersama dan makemit atau berjaga semalam menunggu air suci.
Setelah melewati Prosesi tersebut, keesokan harinya digelar do’a bersama di dalam Pura Luhur Poten. Pada hari itu juga, ratusan masyarakat Hindu Tengger yang berasal dari datang dari empat pintu gerbang, Cemoro Lawang (Probolinggo), Dingklik Tosari (Pasuruan), Dandangan Senduro (Lumajang), dan Jemplang Poncokusumo (Malang) membawa hasil bumi mereka ke sejumlah batu atau tugu (watu dukun) sudut di lautan pasir untuk menaruh sesaji dan selanjutnya membawa hasil bumi yang akan mereka labuhkan ke pura.
Berlanjut pada malam harinya, Ritual Tayub digelar di pendapa desa Ngadisari. Dan keesokan paginya, arak-arakan sesaji di bawa menuju bibir kawah, untuk dilabuh atau disebut Kurban Suci. Ritual tersebut sontak mengundang banyak wisatawan domestik maupun asing untuk melihat lebih dekat prosesi Yadnya Kasada.
Gunung Bromo merupakan Gunung berpai Aktif, beberapa bulan lalu sebelum Kasada digelar, Gunung Bromo meletus menyemburkan Batu kerikil dan abu pasir yang merusak seluruh desa di sekitar lereng Gunung Bromo. Namun, keeksotisan Gunung Bromo beserta adat kebudayaan khas suku Tengger yang hidup di sekitar lerengnya adalah hal yang patut dikagumi dan dijaga. naskah:frannoto/foto:wt atmojo,frannoto