Jalan Kembang Jepun Surabaya Minggu (22/05) kemarin dipadati ribuan ribuan orang untuk mengikuti acara tahunan yang bertajuk Festival Rujak Uleg 2011. Festival ini dihelat dalam rangka Hari Jadi Kota Surabaya ke-718.
Peserta festival rujak uleg ini diikuti semua kelompok masyarakat dan para wisatawan mancanegara. Bahkan, Berdasarkan data yang diperoleh dari panitia penyelenggara, peserta yang mengikuti acara festival ke sembilan ini, mencapai 1.500 orang, dibagi dalam 240 kelompok. Terdiri dari 31 kelompok dari 31 kecamatan, peserta dari berbagai perusahaan, bank, organisasi profesi, komunitas, perguruan tinggi, sekolah dan 50 tamu kehormatan dari luar negeri.
Serunya festival ini bukan hanya karena banyaknya jumlah peserta festival, tapi juga karena penampilan para peserta yang sangat unik. Seperti peserta yang berkostum bonek, punakawan, petani, batik, dan kostum-kostum unik lainnya, yang mencerminkan profesinya seperti dokter.
Peserta dengan pakaian unik diantaranya, perwakilan kelurahan Ngagel, Sidosermo Selatan dengan nomor meja 10 tersebut. Seluruh peserta tampak antusias mengikuti festival yang dibuka oleh Walikota Surabaya, Tri Rismaharini tersebut.
“Rujak uleg sama juga dengan cagar budaya. Untuk itu, rujak uleg harus dilestarikan sama seperti kita melestarikan benda cagar budaya yang tersebar di Kota Surabaya. Dengan kita mengadakan acara ini, berarti kita telah melestarikan budaya khas Surabaya,” kata Walikota Surabaya, Tri Rismaharini, ketika membuka acara Festival Rujak Uleg 2011, di Jl Kembang Jepun Surabaya, Minggu (22/5).
Menurut Risma, Festival Rujak Uleg ini digelar di Jalan Kembang Jepun, atau yang lebih tenar dengan sebutan Kya Kya ini, karena cikal bakal perkembangan Kota Surabaya berasal dari Kya Kya. Untuk itu, tak salah jika festival ini digelar di Kya Kya. (ci)