Keragaman dan keindahan yang dipunyai Pulau Flores sudah tak asing lagi bagi masyarakat Indonesia. Seperti Pulau Komodo, tenun ikat dan Sikka, salah satu suku asli dari pulau yang terletak di ujung timur Indonesia ini. Kini, Kesenian khas dan tradisi Flores itu diperkenalkan di Kota Surabaya oleh House Of Sampoerna yang bekerjasama dengan Sanggar Bliran Sina dari Sikka, Flores, propinsi NTT pada Rabu (13/04).
Acara tersebut memamerkan cinderamata khas Sikka, kesenian adat tradisionalnya dan pameran foto pariwisata di Flores. Salah satu cinderamata menarik yang dipamerkan adalah Kain tenun ikat dari Sikka. Pameran kain tenun ikat tersebut dapat dinikmai dari tanggal 15 April sampai 15 Mei di Galeri seni House Of Sampoerna, Surabaya.
Di sana, masyarakat asli etnis Sikka juga memperlihatkan cara memintal, mewarna dan menenun. Kain tenun ikat mempunyai beragam motif yakni motif ikan, kuda, dan ayam. Kain tersebut biasa digunakan oleh masyarakat sikka dalam ritual-ritual khusus, seperti pernikahan, upacara adat hingga dijadikan sebagai simbol etnis.
Untuk proses pembuatan tenun ikat tersebut terbilang cukup lama. Pengerjaannya sendiri butuh waktu hingga 1 tahun, tergantung ukuran kain. dari tahap awal pemintalan benang, pembentukan motif, pewarnaan hingga proses tenun. Hal yang menarik dari kain khas Flores ini adalah warnanya yang dibuat dari bahan alami seperti daun nila, akar mengkudu, kunyit dan kemiri yang menghasilkan berbagai macam warna.
Kesenian khas Flores yang diusung ke Surabaya ini diharapkan bisa melestarikan dan mengembangkan tradisi masyarakat Sikka. “Kami konsisten untuk menggali dan melestarikan kearifan lokal dari Flores ke seluruh wilayah Indonesia, hal itu untuk menciptakan harmonisasi dan apresiasi antar tradisi yang berbeda,” ujar Daniel David, pimpinan sanggar Bliran Sina, Flores.
naskah/foto : frannoto