Begitu melintas di jalan menuju Bandara International Juanda, kita akan melihat di tepi jalan, jajaran batu hiasan dengan beraneka bentuk yang menawan.
Mulai dari puteri duyung, aneka hewan, sampai air mancur berukuran tengah tiga meter, dan bermacam bentuk lainnya. Pemandangan ini bikin mata makin asri dengan adanya rimbunan pepohonan yang meneduhkan lapak-lapak penjual. Disitulah mereka menyediakan pernak-pernik batu alam, dan aneka hiasan taman. Yang disebut batu alam ini adalah segala jenis aksesoris rumah yang terbuat dari batu, mulai dari kerikil, cutting, sampai aksesoris indoor maupun outdoor.
“Batu alam tidak akan pernah ketinggalan jaman. Jika trend berubah, model batu yang dijual akan menyesuaikan. Itulah yang membuat bisnis batu alam tidak akan pernah mati,” tutur Marjuki Winarto, salah seorang penyedia batu alam.
Belanja batu menjadi trend karena batu-batu ini dapat menjadi pemanis di tiap jenis rumah. Untuk rumah minimalis, pilihlah batu potong rata mesin. Jenis ini biasanya terpotong rapi pada empat sisinya dan biasanya digunakan sebagai pelapis dinding dan pilar. Pecinta eksterior minimalis akan mengkombinasikan cutting rata mesin diatas dengan batu kerikil bulat warna hitam maupun putih.
Jika Anda menginginkan rumah bergaya tradisional dengan nuansa alam yang kental, pilihlah batu potong rata alam. Pada jenis ini, yang diratakan dengan mesin hanyalah bagian yang menempel di dinding atau yang bersambungan dengan bagian lain. Bagian yang menghadap ke luar sengaja dibiarkan alami bergelombang.
Harga Variatif
Biasanya, batu dijual dengan satuan meter persegi atau dalam ukuran kilogram. Harga paling mahal jenis cutting adalah batu andersit hitam dengan bintik-bintik hitam dan sudah dibakar terlebih dahulu. Jenis ini menjadi mahal karena keberadaannya yang sangat langka. Harganya bisa mancapai Rp 275 ribu per meter. Cuttingan termurah adalah jenis canti yang hanya berkisar Rp 70 ribu per meter. Sedangkan kerikil dijual mulai Rp 2 ribu – Rp 5 ribu.
Untuk mendapatkan batu-batu ini, Marjuki berburu di saentero Pulau Jawa. Tulungagung menjadi pemasok utama untuk jenis cutting, sedangakan Jogjakarta menjadi pemain utama ornament dan patung-patung liat. Selain dua daerah diatas, Malang selatan dan daerah-daerah di Jawa Barat seperti Cirebon dan Cimahi juga menjadi sasaran Marjuki.
“Batu dari tiap daerah barbeda-beda. Masing-masing mempunyai kekhasan sendiri. Seperti Tulungagung yang sangat ahli cuttingan karena pengrajin disana sudah terbiasa menggarap marmer yang keras atau Jogjakarta yang terkenal dengan batu gunung paras dari Wonosari yang sangat bagus dibuat ornament atau roaster,” terangnya.
Untuk kerikil di etalase bapak satu anak kelahiran Jakarta ini, bahkan didatangkan langsung dari Ambon dan Flores. Sementara di sisi pelanggan, biasa datang dari seluruh nusantara. Terutama ke Samarinda dan Balikpapan yang sangat ramai tahun-tahun belakangan ini. Marjuki juga secara jelas menyanjung cepatnya pembangunan di Timor Leste yang menjadi negara tujuan eksport terbesarnya.
naskah dan foto: arie rumihin