Ombak pantai terus bergerak menyambut masyarakat setempat yang sebagian besar berprofesi sebagai nelayan. Terus bergerak mengisi hari-hari mereka, berpadu dengan keindahan di batas angan.
Pagi itu waktu menunjukkan pukul 10, Ahmad Andi, warga asal Tulungagung yang kebetulan lagi berwisata ke Pantai Prigi raut mukanya terlihat sedikit muram. Betapa tidak, perjalanannya di akhir pekan bersama keluarga ke pantai ini selain menimati keindahan pantai, juga untuk berburu ikan laut segar di sebuah tempat pelelangan ikan di pantai ini.
“Datang ke Prigi kalau tidak sekalian membawa pulang oleh-oleh ikan laut, seakan kurang pas. Kebetulan tadi perjalanan kena macet, akhirnya datangnya agak kesiangan otomatis pilihan ikan pun kurang beragam,” ujar bapak 2 anak ini pada EastJava Traveler.
Memang benar adanya, bagi Anda yang datang ke Pantai Prigi dan ingin memperoleh ikan segar hasil tangkapan nelayan setempat. Alangkah baiknya datang sejak pagi hari. Karena biasanya nelayan-nelayan di sana berlabuh kembali ke Prigi saat fajar menjelang. Baru sejenak kemudian dagangan ikan-ikan laut segar digelar.
Tempat Pelelangan Ikan (TPI) Pelabuhan Perikanan Nusantara (PPN) yang ada di Pantai Prigi, merupakan salah satu sentra perekonomian warga setempat. Dalam artian selain bertumpu dari hasil pengelolahan tempat wisata Pantai Prigi, mereka juga mencari penghasilan sebagai nelayan. Keduanya juga menjadi satu paket aspek wisata andalan di Kabupaten Trenggalek. Seperti yang dikatakan, Kepala Unit Pelayanan Teknis Daerah (UPTD) Wisata Prigi Jabar Wiranto, Pantai Prigi tak hanya menyuguhkan keindahan pantainya saja, akan tetapi ada pada aktifitas para nelayan di sini.
Pantai Prigi sendiri berada di kawasan Desa Tasimadu, Kecataman Watulimo, Kabupaten Trenggalek. Atau berjarak 48 kilometer arah selatan dari jantung Kota Trenggalek. Sepanjang sekitar empat kilometer pantai ini tampak nyiur melambai-lambai. Di seberang teluk, sebuah bukit menghalang.
Setiap waktu, kita dapat menjumpai puluhan perahu cadik dan perahu nelayan tradisional bersandar di pelabuhan. Sebagian kapal yang lain tiba dari arah tengah samudra, sementara beberapa di antaranya berlawanan sebaliknya, menuju lautan luas. Jika malam tiba, dan tidak sedang bulan purnama, hampir semua nelayan turun melaut.
Pelancong akan menjumpai kesibukan nelayan sedang memperbaiki jala. Wisatawan juga bisa menikmati perajin kapal tradisional yang gesit dan terampil merangkai batang-batang kayu menjadi kapal. Sebuah pemandangan yang sayang bila lewatkan begitu saja.
Pantai Prigi berpasir cokelat. Hampir separuh dari kawasan pantai ini dijadikan lahan untuk Pelabuhan Perikanan Nusantara, satu dari tujuh pelabuhan serupa di Indonesia. Separuh yang lainnya dibiarkan dalam kondisi natural.
Sebagai oleh-oleh jika pulang, sekali lagi berbagai jenis ikan segar maupun yang telah diolah bisa dibeli di sini. Sejumlah pedagang menjajakan ikan pindang dan ikan asap. Soal harga, tergantung kepintaran menawar.
Untuk menjaga keselamatan nelayan saat melaut sekaligus sebagai untai syukur pada Sang Kuasa. Nelayan setempat juga memiliki upacara tradisional bernama Larung Sembonyo atau labuh laut. Upacara berlangsung setiap tahun yang jatuh pada Minggu Kliwon Bulan Selo (Zulkaidah) sesuai penanggalan Jawa.
Ketika upacara Larung Sembonyo itu, seluruh nelayan tidak melaut. Pantai Prigi pun berubah menjadi lautan manusia. Pengunjung dari berbagai pelosok Trenggalek, kota-kota sekitar, bahkan pelancong asing berduyun-duyun menjadi saksi.
Segitiga Emas
Hingga ujung selatan Kabupaten Trenggalek yang dibatasi oleh Samudra Indonesia, merupakan potensi lain yang menarik untuk dinikmati. Di sana terdapat sejumlah pantai dengan pesona alamnya yang memikat.
Salah satu lokasi yang bisa dikunjungi adalah kawasan Pantai Prigi. Keberadaan pantai ini, tidak dapat terpisahkan dengan dua pantai lainnya, yang letaknya tak berjauhan. Yakni Pantai Pasir Putih Karanggongso dan Pantai Damas. Ketiga pantai ini masih relatif alami, dan berkategori berombak tenang.
Potensi yang dimiliki oleh ketiga pantai itulah, tak salah bila dikenal sebagai Segitiga Emas. Lantaran, sebagian besar APBD dari Kabupaten Trenggalek juga bertumpu dari tiga titik itu. Namun, kini pemerintah setempat telah berupaya maksimal mengembangkannya. Terbukti dengan adanya jalur lintas selatan yang mempermudah menuju ke sana. Selain itu, berbagai fasilitas lengkap juga mulai ramai tersedia. Seperti tempat penginapan, restaurant, lahan parkir yang luas serta aman, dan masih banyak lainnya.
Menuju Prigi
Mencapai Prigi bukanlah sebuah hal yang sulit. Aksesnya mudah serta dapat ditempuh berbagai jenis kendaraan. Anda yang menempuh perjalanan dari arah Surabaya atau dari Kota Trenggalek, jika telah sampai ke pertigaan Durenan, harus mengambil jalan arah ke selatan.
Sekitar 10 kilometer dari pertigaan Durenan ini ada pertigaan Bandung, sebuah kecamatan yang masih masuk wilayah Kabupaten Tulungagung. Sesampai di pertigaan ini, perjalanan dilanjutkan mengambil arah barat. Setelah itu, perjalanan ke arah Prigi tidak lagi menjumpai percabangan jalan utama. Pelancong berkendaraan pribadi tinggal mengikuti arus jalan utama.
Adapun bagi yang menggunakan jasa angkutan umum, perjalanan dari Surabaya bisa dilakukan dengan menumpang bus umum tujuan Trenggalek. Karcisnya tak begitu mahal, hanya Rp 12 ribu untuk bus biasa, dan Rp 20 ribu untuk bus Patas AC, dan turun di Terminal Durenan. Setelah itu, banyak angkutan pedesaan menuju Prigi. Untuk naik angkutan ini, pelancong cukup membayar Rp 5 ribu saja.
m. ridloi | foto : wt atmojo