Banyuwangi (eastjavatraveler.com) – Inovasi kedai kopi digital yang dikembangkan oleh tim Universitas Brawijaya (UB) hadir sebagai strategi baru dalam mengangkat potensi desa wisata penghasil kopi di Jawa Timur.
Menggabungkan teknologi, edukasi, dan ekowisata, program ini berhasil menarik perhatian wisatawan sekaligus mendorong pertumbuhan ekonomi lokal secara berkelanjutan.
Diprakarsai oleh Prof. Luchman Hakim dari FMIPA UB bersama Dr. Candra Dewi (FILKOM), Dr. Edriana Pangestuti (FIA), Dr. Wenny Bekti S (FTP), serta mahasiswa lintas fakultas, program ini menyasar desa penghasil kopi seperti Secang, Kalipuro, Banyuwangi.
Inisiatif ini merupakan bagian dari program DIKST yang mulai digulirkan pada akhir 2024 dan telah disambut hangat oleh masyarakat dan mitra lokal.
“Di tengah meningkatnya industri kopi dan café, tantangan kami adalah mengintegrasikan teknologi informasi, hospitality, dan edukasi pascapanen dalam satu ekosistem wisata kopi yang utuh,” ujar Prof. Luchman, Senin (28/4/2025).
Salah satu fitur unggulan dari kedai kopi digital ini adalah penggunaan QR code pada setiap varian kopi yang ditawarkan.
Pengunjung cukup memindai QR code untuk memperoleh informasi lengkap mengenai asal biji kopi, proses pascapanen, cita rasa, serta keragaman hayati di sekitar perkebunan.
Dengan pendekatan ini, wisatawan tidak hanya menikmati sajian kopi berkualitas, tetapi juga memahami proses dan keberlanjutan ekosistem kopi dari hulu ke hilir. Konsep ini berhasil memperkaya pengalaman wisata dan meningkatkan kepuasan pengunjung.
Edukasi dan Pelibatan Komunitas Lokal
Agar program ini terus berkelanjutan, tim UB memberikan pelatihan intensif kepada kader lokal, seperti pemuda desa dan kelompok tani. Mereka diajarkan keterampilan interpretasi wisata, pengelolaan hospitality, serta digitalisasi layanan kedai.
Kolaborasi aktif terjalin dengan komunitas lokal seperti Markas Ekoliterasi Merdeka dan Kembang Galengan yang sebelumnya telah mendapat pelatihan serupa.
Salah satu pengelola, Imron, menyebut kedai kopi digital bukan sekadar tempat menikmati kopi, melainkan juga sebagai pintu masuk bagi wisatawan untuk memahami kekayaan budaya dan hayati desa.
“Konsep ini membuat pengalaman wisata lebih bermakna dan berdampak langsung pada ekonomi serta pelestarian lingkungan,” ujarnya.
Dorong Wisata Edukatif dan Berkelanjutan
Uji coba program ini pada kunjungan wisatawan asing di Kalipuro menunjukkan hasil menggembirakan. Kegiatan seperti tur ke kebun kopi, observasi proses pascapanen, hingga sesi ngopi interaktif berbasis teknologi digital mampu meningkatkan nilai tambah kunjungan wisata.
Para mitra yakin bahwa inovasi kedai kopi digital dari UB menjadi langkah strategis dalam memperkuat desa wisata berbasis kopi. Selain meningkatkan literasi kopi, inisiatif ini juga berpotensi memperluas pasar lokal dan menciptakan ekowisata yang berkelanjutan. (abd)