Merasakan suasana belajar di luar negeri melalui beasiswa merupakan dambaan setiap mahasiswa. Mahasiswa FIB Unair, Hanzalla Armand, menjadi salah seorang mahasiswa yang berhasil raih kesempatan itu.
Melalui program IISMA (Indonesian International Student Mobility Awards), mahasiswa yang kerap disapa Hanz itu memperoleh kesempatan berkuliah di salah satu universitas terbaik di Negeri Jiran, yakni Universiti Sains Malaysia, selama satu semester.
Meski Malaysia merupakan negara tetangga yang serumpun, tetapi pada awal-awal kedatangannya, Hanz mengaku sempat alami culture shock. Ia dihadapkan pada lingkungan yang benar-benar baru, sehingga tidak mudah baginya untuk segera beradaptasi.
“Datang ke negara dan lingkungan baru tentu membutuhkan waktu untuk beradaptasi, termasuk beradaptasi dengan perbedaan waktu, jam kegiatan, tuntutan akademik universitas, dan aturan lainnya,” terang Hanz.
Ia juga menyadari bahwa sebagai pendatang, ia memiliki tugas dan tanggung jawab untuk menghormati orang-orang dan budaya lokal di sana.
Menjadi awardee IISMA tidak saja membuat Hanz aktif dalam kegiatan akademik. Di luar itu, ia juga turut serta mengenalkan Indonesia melalui berbagai kegiatan.
Ia pun bercerita bahwa ia sempat mengikuti sebuah festival besar bernama FUSE di USM dengan tujuan mempresentasikan kesenian tradisional Indonesia.
“Jadi, mahasiswa-mahasiswa Indonesia diberikan kesempatan untuk tampil mempresentasikan budayanya di hadapan publik melalui festival besar universitas, FUSE. Kami menampilkan tarian adat khas Jawa di acara tersebut,” kata mahasiswa asal ibu kota itu.
Tidak mudah bagi Hanz untuk menjalani hal tersebut. Pasalnya, ia sama sekali tidak terbiasa untuk melakukan tari-tarian tradisional. Sehingga, diperlukan latihan dengan intensitas lebih tinggi untuk mendapatkan hasil terbaik.
“Kami harus berlatih menyamakan gerakan dengan partner masing-masing dengan cara bermain mini-games yang mampu meningkatkan chemistry. Hal ini unik menurutku karena belum pernah aku alami sebelumnya,” jelasnya.
Selain menampilkan kesenian tradisional, ia dan para awardee IISMA USM lainnya juga memperkenalkan Indonesia melalui “Heroes Challenges”, sebuah kegiatan untuk memperingati hari pahlawan Indonesia.
“Di acara Heroes Challenges itu, terdapat beberapa rangkaian acara, seperti cosplay, menonton film bersama, dan menyajikan makanan serta minuman khas Indonesia. Kegiatan ini dinikmati oleh mahasiswa lokal maupun internasional,” kata Hanz.
Kegiatan lain yang ia lakukan untuk memperkenalkan Indonesia adalah melalui “Batik Challenges”. Melalui kegiatan tersebut, ia dan awardee lain mengundang anak-anak dari salah satu yayasan yang ada di Negeri Jiran itu.
Kegiatan dilakukan dengan mengumpulkan sampah organik di area kampus dengan tujuan untuk membuat batik dengan teknik modern, yakni Batik Eco-print.
“Kami mendaur ulang sampah organik di sekitar lingkungan kampus dengan cara menumbuk sampah-sampah organik sehingga menempel pada kain sehingga membentuk motif tertentu. Hasilnya sesuai ekspektasi, dan anak-anak yang terlibat juga nampak antusias dan senang,” ujar Hanz.
Terdapat banyak sekali hal yang Hanz dapatkan selama mengikuti program IISMA, terutama pengalaman yang belum pernah ia dapatkan sebelumnya. Ia mengaku, pengalaman-pengalaman yang didapatkan melalui IISMA sedikit banyak telah berhasil mengubah gaya hidupnya.
“Pengalaman yang aku dapatkan di sini bisa dikatakan telah mengubah hidupku, mulai dari kemandirian, kedisiplinan, dan kedewasaan pastinya karena telah memasuki lingkungan baru yang jauh berbeda dari biasanya,” ujar Hanz.
Selain itu, ia juga mengatakan bahwa IISMA membuatnya merasa lebih percaya diri utamanya dalam berkomunikasi dengan berbagai bahasa. Terlebih lagi, ia harus membiasakan diri berinteraksi dengan mahasiswa internasional yang berasal dari universitas-universitas top dunia.
“Dengan mengikuti program ini, aku lebih merasa percaya diri untuk berkomunikasi dengan multibahasa karena jangkauan kita adalah orang-orang internasional. Aku benar-benar bersyukur bisa menjadi bagian dari IISMA,” pungkasnya.